Ruang Tokoh

Selamatkan Demokrasi dengan Memperkuat Ideologi Partai

Di Indonesia berbeda. Menurut Munjid, perbedaan dasar antara satu capres dengan capres lainnya adalah  cuma “pilih aku atau dia”, kelompokku atau kelompok dia, bukan “kenapa”, “demi apa” dan “mau ke mana” memilih calon ini atau itu, karena pijakan nilai fundamental atau ideologis memang tidak menjadi urusan penting.

Tanpa pijakan ideologi, orang saling berebut, saling mencaci dan mencerca lebih menurut dasar “kita” atau “mereka” sebagai kerumunan. Siapapun yang mendapat giliran, arah dan terutama perilakunya sama saja dengan mereka yang semula dijadikan lawan.

Advertisement Space

Politik kita adalah politik tanpa ideologi, tanpa kompas moral. Pemilihan pemimpin atau wakil tingkat nasional pun jadi tidak lebih dari versi lebih besar dari pilihan lurah di kampung-kampung. Orang-orang berkerumun memilih partai “jagung” atau “singkong” tanpa tahu persis perbedaan mendasar arah yang hendak ditempuh para calon kelak, mereka akan melakukan apa saja untuk meningkatkan kualitas kehidupan bersama, dengan cara bagaimana, demi memperjuangkan nilai apa dan bagaimana mekanismenya kalau janji itu tak pernah ditunaikan.

Di kalangan elit, ideologi hanya menjadi kembang-kembang, abang-abang lambe, pemerah bibir, sebagai retorika. Seperti penjual obat di tengah pasar tradisional yang berjanji berapi-api akan segera mempertunjukkan “atraksi hebat” untuk membuat orang berkerumun dan membeli dagangannya, atau minimal menonton pertunjukannya.

Ke depan, perlu digagas sebuah pola penyederhanaan parpol di Indonesia. Sistem multi partai tanpa ideologi yang selama ini terjadi, akan semakin membuat demokrasi menjadi buruk. Setiap parpol diwajibkan taat atas ideologi yang mereka anut dan kemudian diaplikasikan ketika mereka berkuasa. Jika memang berhaluan nasionalis sekluer, maka setiap program kerja pemerintahannya harus mampu menunjukkan hal demikian. Pun demikian jika parpol berideologi Islam yang mendapat kesempatan berkuasa, maka itu harus tampak pada hari-hari dimana mereka mengelola pemerintahan. Tunjukan kepada publik, bagaimana corak politik Islam itu menghasilkan seperangkat kebijakan yang berbeda dengan ideologi lain.

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8Laman berikutnya
Show More

Redaksi

Teruntuk pembaca setia Sabba “Semua harus ditulis, apa pun. Jangan takut tidak dibaca atau tidak diterima penerbit. Yang penting, tulis, tulis, dan tulis. Suatu saat pasti berguna” (Pramoedya Ananta Toer)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Wett

Matiin Adblock Bro!