Cerita Gladys, Pemilik Kursus Bahasa Jepang Jebolan Administrasi Negara Untirta
SABBA.ID | Pandeglang – Gladys Anggriana merupakan seorang mahasiswi jebolan perguruan tinggi negeri terkemuka di Banten, yakni Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta). ia memiliki sebuah kursus bahasa yang menampung hingga dua bahasa yaitu bahasa Jepang dan bahasa Inggris, Gladys memang gemar mempelajari bahasa asing sejak duduk dibangku sekolah menengah atas (SMA).
Saat itu Gladys diminta untuk mewakili salah satu sekolah di Pandeglang mengikuti perlombaan bahasa, sehingga ia memperdalam penggunaan bahasa asing pertama kali untuk keperluan lomba.
Uniknya mahasiswi lulusan Administrasi Negara angkatan 2016 ini menggeluti bidang yang justru keluar dari disiplin ilmu yang ia pelajari di akademiknya hingga mahir berbahasa asing.
Gladys menuturkan pengalamannya saat pertama kali mempelajari penggunaan bahasa asing sampai ia memiliki sebuah kursus bahasa jepang dan inggris bernama kursusgladys sekarang.
“Memang gladys tidak kuliah bahasa asing dan yang berkaitan dengan mengajar, namun untuk bahasa asing sendiri sudah dipelajari secara ototidak sejak sekolah. Kemudian semakin berkembang dengan mengikuti lomba debat bahasa inggris kelas 1 dan bahasa jepang kelas 3 saat SMA waktu itu” Tandasnya.
Hingga saat itu akhirnya Gladys terus memperdalam penggunaan bahasa asing terlebih ia mendapatkan bimbingan langsung oleh salah seorang guru yang memang mahir dalam penggunaan bahasa asing ketika SMA.
Untuk ide membuka kursus bahasa asing sendiri Gladys memang tidak sengaja mendapati orang disekeliling rumahnya sering meminta bantuan untuk membantu anak-anak mengerjakan tugas sekolah, akhirnya Gladys berpikir untuk membuat sebuah kursus bahasa yang berfokus pada bahasa Inggris dan Jepang.
“Ide membuka kursus itu dimulai saat rumah yang selalu ramai ketika malam hari, banyak banget anak-anak sekitar yang nanya tugas sekolah tentang bahasa inggris waktu itu, sampe akhirnya minta tolong teman coba buat flyer dengan fokus kursus bahasa inggris dan jepang” Ungkap Gladys
Saat ditanyai bagaimana promosi yang dilakukan Gladys ketika pertama kali buka kursus bahasa waktu itu, gladys rupanya mendapati dukungan dari orang sekeliling, untuk membantu agar kursusnya dikenal banyak orang.
“Untuk pertama kali waktu itu promosi antar teman-teman di kampus aja, tempat mengajarnya pun dimana-mana, kadang di Masjid, di Kostan. Bahkan dapat relasi sampai bisa mengajar anak-anak dosen di sekitar kampus.” imbuhnya.
Gladys menambahkan baginya saat membuka kursus yang paling melatarbelakangi terbentuknya kursus adalah untuk mempertahakan kemampuan, bahkan mencoba untuk terus bisa meningkat.
“Yang paling melatarbelakangi terbentuknya kursus ini sebetulnya untuk mempertahakan kemampuan aja bahkan salah satu upaya biar terus bisa meningkat, karena menurut saya bahasa hanya untuk berkomunikasi, Jadi selama saya bisa berbahasa asing saya tidak perlu masuk jurusan bahasa atau sastra, karena dalam jurusan itupun cakupannya akan lebih luas lagi” Jelasnya.
Lanjut Gladys dirinya menerangkan sebenarnya tidak memiliki basic dalam mengajar, namun demikian Gladys punya semangat memberikan pengetahuan kepada orang lain, khususnya dalam penggunaan bahasa asing, juga ia berpendapat bahasa adalah alat komunikasi, jika tak sering dipraktekan tentu akan tumpul dan hilang.
“Gladys sebetulnya engga ada basic mengajar. Jadi memang bukan ingin mengajari juga, tapi lebih ke berbagi dan menggali potensi yang dimiliki seseorang terkait bahasa asing, terlebih bahasa adalah alat komunikasi, kalau tidak sering dipraktekan tentu akan tumpul dan akan hilang juga” Terang Gladys.
Sebelumnya meski tidak miliki basic mengajar, Gladys memahami betul bagaimana agar materi yang diajarkan dapat dicerna dan diterima dengan baik oleh peserta kursus, karena memang ia pernah berpengalaman menjadi Volunteer Isbanban dan relawan sosial di Provinsi Banten.
“Karena gladys pernah jadi volunteer Isbanban dan relawan sosial. Menangani orang dan anak-anak itu bisa dilakukan. Bahkan untuk penerapan di kursus ini, hampir semuanya menggunakan metode berbeda karena perbedaan karakteristik yang dimiliki para pembelajar. Metode berbeda tersebut bukan tanpa maksud karena di kursus Gladys untuk semua umur. Dari catatan Gladys peserta kursus paling muda ada diusia 4 tahun dan paling tua diusia 37 tahun” Jelasnya
Kemudian Gladys juga membeberkan beberapa pengalaman uniknya saat memberikan materi ajar tentang bahasa asing, ia bahkan pernah membimbing seorang bapak yang berprofesi sebagai satpam di daerah Cilegon, saat itu seorang satpam ini akan dikirim ke Australia oleh salah satu perusahaan untuk diperkerjakan tentu penggunaan bahasa inggris perlu dikuasainya
“Waktu itu sih Gladys pernah tanganin seorang bapak yang berprofesi sebagai satpam di daerah cilegon yang saat itu akan ditempatkan di Australia usianya 37 tahun, kesulitan pasti ada sih dan engga semua pembelajar berada dititik yang sama. Kuncinya lebih mengenal orang tersebut dengan kaitannya belajar bahasa. Jadi ada celah bisa masuk untuk menggali potensi itu” Bebernya.
Hingga saat ini Kursus Gladys telah miliki peserta kursus hingga 65 orang lebih, Gladys juga memiliki tanggung jawab hingga kepada orang tua. karena peserta kursus terus ia pantau hingga menemukan hasil memuaskan, bahkan dirinya sering mendapati peserta kursusnya mendapati nilai 100 di sekolah.
“Kursus gladys bertanggunngjawab langsung kepada orangtua, Gladys terus pantau perkembangannya sampe bener-bener ada kemajuan yang memuaskan, Alhamdulillah, sampai sangat sering melihat anak-anak yang kursus nilainya 100 di sekolah” Ucap Gladys
Untuk pengembangan kursus Gladys masih memanajerial sendiri, ia justru bertujuan ingin bekerjasama dengan mahasiswa untuk mengembangkan potensi penggunaan bahasa asing. atau istilahnya “Collabs” berkolaborasi.
“Untuk saat ini semuanya masih dilakukan sendiri, dan tujuan lainnya ingin bekerjasama dengan teman-teman mahasiswa, mengajak mahasiswa mengembangkan potensi bersama, karena ada beberapa ormawa yang mengapresiasi, jadi sempat diajak untuk melakukan semacam kelas bahasa di kegiatan ormawa gitu” Ujar Gladys
Terakhir Gladys mematok tarif kursusnya berkisar antara 45-50 Ribu untuk 1 jam, menurutnya tarif tersebut hampir rata, dan ia berpendapat kalau tarif itu hanya sekedar untuk memberi nilai saja pada usaha yang selama ini ia pelajari tentang penggunaan bahasa asing yakni bahasa Jepang dan Inggris.
“Tarif kursus semua rata, kisaran 45 ribu sampe 50 ribu satu jam, yang awalnya begitu idealis untuk berniat berbagi ilmu. Tapi di kursus juga gladys belajar, dapet masukkan bahwa uang bukan menandakan kita begitu materialistis tapi itu bentuk penghargaan diri sendiri dan orang lain terhadap diri kita” Jelasnya.