KesehatanLebakRuang Tokoh

Jarak yang Merampas Nyawa: Potret Krisis Akses Kesehatan di Lebak

Lebak – Hak atas kesehatan adalah hak dasar setiap warga negara. Namun kenyataan di Kabupaten Lebak menunjukkan bahwa tidak semua orang dapat menjangkau hak itu dengan mudah. Siapa yang paling terdampak? Masyarakat yang tinggal di daerah daerah terpencil seperti Citorek, Sobang, Lebak Gedong, Cibeber, dan sejumlah kampung di selatan wilayah yang secara geografis memang jauh dari rumah sakit umum.

Apa yang terjadi di lapangan? Banyak kasus kegawatdaruratan tidak tertangani tepat waktu karena jarak tempuh menuju rumah sakit terlalu jauh. Berdasarkan data Dinkes Lebak (2023), jarak Citorek ke RSUD Adjidarmo mencapai ±70 km dengan waktu tempuh 2–3 jam, tergantung kondisi jalan. Dari Sobang ke RSUD Adjidarmo juga hampir 60 km dengan estimasi 2 jam lebih, sementara wilayah selatan seperti Bayah Malingping menuju rumah sakit rujukan pun bisa memakan waktu 1–2 jam karena kondisi jalan yang tidak selalu ideal. Fakta ini menunjukkan bahwa akses layanan kesehatan bukan sekadar soal ketersediaan fasilitas, tapi juga keterjangkauan jarak dan kecepatan pelayanan.

Advertisement Space

Kapan masalah ini terasa paling berat? Saat kondisi darurat: ibu melahirkan, kecelakaan, henti napas, serangan jantung, atau anak dengan demam akut. Dalam situasi yang seharusnya ditangani menit demi menit, warga justru harus bergulat dengan perjalanan panjang yang menguras tenaga dan waktu. Tidak sedikit yang akhirnya “menyerah” di tengah jalan sebelum sempat mendapat pertolongan.

Saya sendiri sudah lama merasakan keresahan ini, bahkan sebelum keluarga saya mengalami musibah. Saya sering melihat warga kampung yang terlambat ditangani karena jarak rumah sakit terlalu jauh. Waktu tempuh ke rumah sakit saja sudah menjadi perjuangan, belum lagi ketika sudah sampai di fasilitas kesehatan namun pelayanan lambat karena antrean, keterbatasan tenaga, atau proses administrasi yang memakan waktu.

Kasus di keluarga saya hanyalah salah satu contoh kecil dari banyak kejadian serupa. Kakak ipar saya sempat dibawa ke klinik dan masih terdeteksi ada nyawa. Namun ketika sampai di rumah sakit, semuanya sudah terlambat. Bukan berarti saya mengabaikan takdir, tapi takdir tidak pernah bisa dijadikan alasan untuk membiarkan sistem yang lamban. Apalagi jika masalahnya bisa dipecahkan dengan kebijakan yang tepat.

Kenapa masalah ini begitu mendesak? Karena Kabupaten Lebak memiliki wilayah yang luas (±3.305 km²) dengan kondisi geografis pegunungan dan pesisir. Populasi lebih dari 1,3 juta penduduk hanya dilayani oleh sejumlah kecil rumah sakit, yang sebagian besar terpusat di Rangkasbitung dan Malingping. Ketimpangan inilah yang membuat banyak warga tidak memiliki akses cepat terhadap layanan yang seharusnya menjadi hak mereka.

Bagaimana solusinya? Salah satu kebutuhan paling mendesak adalah mendirikan rumah sakit umum tambahan di wilayah wilayah jauh, khususnya Lebak bagian selatan, tengah, dan barat. Selain itu, percepatan pelayanan darurat, peningkatan tenaga kesehatan, dan pemerataan ambulans desa menjadi langkah pendukung yang tidak bisa diabaikan.

Advertisement Space

Opini ini bukan sekadar keluhan. Ini adalah suara keresahan dari mereka yang hidup di daerah terpencil, yang harus berjuang dua kali: melawan penyakit dan melawan jarak. Sudah waktunya Lebak memastikan bahwa setiap warganya di mana pun mereka tinggal tidak lagi mempertaruhkan nyawa hanya karena sulit mencapai rumah sakit.

Pitri Awaliyah – Aktivis Perempuan Lebak

Show More

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Wett

Matiin Adblock Bro!