Merawat Kemerdekaan Berfikir, Dari Jualan Asongan Sampai Jualan Celengan
SABBA.ID | Pandeglang – Merawat kemerdekaan berfikir merupakan tantangan yang serius bagi Epul Wijayaman, seorang Mahasiswa yang sedang survive di ibukota, cara epul survive dijakarta mulai dari berjualan asongan sampai buka kedai mam juice.
Epul sendiri merupakan mahasiswa Fakultas Sosial jurusan Sejarah di Universitas Indraprasta (Unindra), sebelumnya akibat keadaan finansial yang tidak mendukung epul sempat berpindah tempat kuliah dibeberapa kampus swasta.
Dimasa pandemi yang diawali sejak febuari 2020 ia harus bersabar akibat kedai mam juice yang menjajakan minuman terbuat dari buah-buahannya itu harus tutup setelah kebijakan PSBB atau dulu ramai disebut Lockdown mulai diterapkan pemerintah.
Jiwa wirausaha epul memang sudah terbangun kala ia menjajakan asongannya berjualan setelah selesai perkuliahaan atau saat libur, bahkan juga sebelum masuk ke ruang kelas ia menyempatkan berjualan asongan disekitar Unindra.
Jiwa wirausahanya berbanding lurus dengan kemerdekaan berfikir yang ia perjuangkan, epul juga dikenal sebagai seorang yang rajin melakukan aktivitas sosial, bahkan ia berpartisipasi saat mendirikan sebuah wadah bernama Forum Keluarga Mahasiswa Pandeglang (FMP-J).
Beralih dari asongan nampaknya epul ingin sedikit ada kemajuan, dibukalah kedai mam juice meski tidak lama harus tutup lapak, padahal ia sudah mengeluarkan modal besar sekitar 15 Juta modal yang ia siapkan untuk kedai tersebut.
Karna pandemi menyerang kesabarannya diuji berdasarkan keterangan epul kedainya hanya mampu bertahan 2 bulan, namun kemerdekaan berfikir epul tampanya membantunya dalam menciptakan peluang usaha lain, saat ini epul menjual sebuah karya hasil kerajinan tangannya.
Epul kini memiliki bisnis kecil-kecilan yang baru, kali ini ia menjual hasil kerajinan tangannya yang terbuat dari bahan-bahan sederhana, seperti kardus, kain flanel yang selanjutnya ia ciptakan menjadi celengan bermotif atau tempat pulpen yang bisa dipesan sesuai motif dan penamaan.
Dengan modal Rp. 35.000 epul mencoba untuk move on dari kegagalannya saat membuka kedai akibat Pandemi. kini hasil kerajinan tangannya yang ia produksi bersama teman hidupnya telah ia pasarkan ke beberapa relasi yang ia miliki, bahkan sesekali ia stay berjualan di Stadion Maulana Yusuf, Kota Serang.
Sekalipun pendapatannya tidak seberapa epul tetap optimis, ia juga membangun marketnya sendiri dengan cara menitipkan celengan bermotifnya itu ke beberapa warung yang ia kenal, sambil epul sendiri terlibat didalam banyaknya pembangunan mushola dipelosok-pelesok desa bersama gabungan komunitas sosial bernama Pokja Relawan Banten saat ini.
Selanjutnya untuk diketahui berikut beberapa harga yang epul bandrol beserta ukurannya dari celengan yang ia produksi untuk dijual. Untuk Ukuran celengan 17Cm harga 20K, ukuran 22Cm harga 25K, dan ukuran 27 Cm harga 35K, motif bisa dipesan sesuai keinginan, selain celengan ia juga menjual tatakan pulpen /pcs harga 10K.
Terakhir, seharusnya, dari cara epul survive, ia setidaknya menjadi contoh yang layak untuk diikuti oleh mahasiswa lain, khususnya mahasiswa yang berasal dari Pandeglang, atau ia bisa menjadi contoh untuk banyak orang ingin memiliki kemerdekaan berfikir yang luas.
Kemerdekaan berfikir yang epul perjuangkan adalah ia tidak terbatas dengan gengsi ketika memang ia mampu melakukannya, maka ia akan lakukan, terbukti bahkan selain berwirausaha ia bisa menyempatkan waktunya untuk berpartisipasi dikegiatan sosial yang ia ikuti.
Panutan Saya ini mang epul,,