SABBA.ID – Potensi pengembangan ekonomi syariah di Indonesia sangatlah besar. Masih banyak ruang di sektor tersebut yang dapat terus dioptimalkan. Namun salah satu tantangan pengembangan sektor tersebut ialah masih rendahnya tingkat literasi ekonomi syariah dan iklusi keuangan syariah di Indonesia, Minggu (29/8).
Menanggapi situasi tersebut, Muamalat Institute (MI) bersama Otaritas Jasa Keuangan (OJK) membuat terobosan untuk membuat literasi, dengan mengunakan konsep kekinian dengan mengunakan pendekatan multimedia dan digital. Untuk memulainya, diadakan Seminar Nasional bertajuk “Literasi Keuangan Syariah di Era Digital” dan Launching Gerakan Literasi Syariah (GEULIS).
Seminar ini bertujuan untuk menumbuhkan tingkat literasi dengan konten yang inovatif, dalam membahas ekonomi dan keuangan syariah secara mudah. Dan juga dapat menambah khazanah bahan bacaan, di Taman Baca Masyarakat (TBM) yang tersebar di Indonesia,
Acara ini digelar secara virtual oleh MI, Bank Muamalat Indonesia, OJK, Perpusnas RI, dan Forum Taman Bacaan Masyarakat se-Indonesia. Acara ini juga mengadakan diskusi panel, yang menghadirkan Gol A Gong Sebagai Duta Baca Indonesia dan Penulis, Kang Maman Suherman sebagai Jurnalis dan Penulis, Awaldi sebagai Direktur Operational BMI dan juga Penulis Buku “Karyawan Galau Nasabah Selingkuh”, dan di moderatori oleh Chief Human Capital Officer BMI, Riksa Prakoso.
Dan ditengah acara ini, hadir ketua Umum Pengurus Pusat Forum TBM Indonesia, Kang Opik untuk menandatangani MoU antara Muamalat Institute dan Forum TBM Indonesia. Dengan semakin banyaknya konten-konten kreatif, yang membahas ekonomi dan keuangan syariah. Maka masyarakat akan semakin tertarik dan mudah memperoleh pemahaman, terkait ekonomi dan keuangan syariah sejak dari awal.
Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan OJK, Horas Tarihoran mengatakan, pihaknya mengapresiasi inisiatif yang dimotori oleh MI demi mendukung literasi keuangan syariah. Pasalnya kata dia, walaupun potensi syariah yg tinggi tapi indeks inklusi keuangan rendah dan literasi keuangan juga rendah.
“Kami berharap kedepan bukan hanya Bank Muamalat. Jangan jadikan aturan OJK untuk melaksanakan literasi keuangan, sebagai beban. Tapi justru sebagai investasi. Kita edukasi dulu, baru kita jualan produk,” ujarnya.
CEO Bank Muamalat Indonesia, Achmad K Permana mengatakan, pihaknya sangat setuju harus ada terobosan dalam mengedukasi masyarakat. Dalam meningkatkan literasi agar dapat menumbuhkan ekonomi syariah di Indonesia.
“Seperti pendekatan kekinian, dengan digital. Meningkatkan literasi keuangan bukan hanya pekerjaan rumah dari regulator saja. Saya setuju dengan pak Horas. Kita harus melibatkan semua,” katanya.
CEO BMI berharap, inovasi tidak berhenti sampai disini, MI harus terus berinovasi untuk memberikan sumbangsih nyata untuk perekonomi syariah di Indonesia.
Executive Director Muamalat Institute, Anton Hendrianto mengungkapkan, pihaknya membuat program ini karena berdasarkan data BPS, minat baca kita masih rendah. Selain itu berdasarkan data OJK, Literasi Keuangan Syariah juga rendah.
“Maka kami mengusulkan kepada OJK, membuat satu program dalam bentuk kartun, kita melaunching episode 1, bekerjasama dengan Perpustakaan Nasional, Forum Taman Baca Masyarakat Indonesia, bagaimana kita menggemarkan membaca, sehingga literasi syariah kita dan literasi membaca kita meningkat. Insya Allah kami terus berkomitmen untuk mendukung literasi syariah dengan bersinergi dengan semua pihak dalam ekosystem syariah, maka tunggu program garapan generasi muda MI dalam project MIDIO (MI Studio) yang dipersembahkan untuk Indonesia yang tangguh dan tumbuh pada sektor ekonomi syariah,” terang Anton yang juga pejabat senior di Bank Muamalat Indonesia.
Sementara itu, Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando yang diwakili Upriyadi, berharap dengan adanya acara ini dapat meningkatkan indeks literasi. (Puja/Red)