KomunitasSerangTerkini

PMII dan Krisis Kaderisasi di Era Digital

Oleh: Adam

Sejak kelahirannya enam dekade lalu, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dikenal sebagai kawah candradimuka bagi lahirnya kader-kader intelektual, kritis, dan berdaya juang tinggi. Melalui forum diskusi, kajian ideologis, hingga aksi sosial, PMII membentuk tradisi intelektual yang khas. Namun, realitas hari ini memperlihatkan tantangan serius: krisis kaderisasi.
Krisis ini bukan sekadar soal menurunnya jumlah anggota, melainkan lebih dalam: menurunnya kualitas kader yang mampu memadukan spiritualitas, intelektualitas, dan militansi sosial. Di banyak komisariat, kaderisasi sering terjebak pada pola formalitas: pelatihan dilakukan sekadar memenuhi agenda tahunan, tanpa upaya serius menjaga kualitas kurikulum maupun pendampingan pasca-pelatihan.
Di sisi lain, generasi mahasiswa kini hidup dalam era serba instan. Budaya membaca digantikan oleh scroll media sosial, diskusi panjang kalah pamor dengan konten singkat di TikTok, dan refleksi kritis kalah oleh keinginan menjadi viral. PMII menghadapi dilema besar: bagaimana menarik minat mahasiswa di era digital, tanpa kehilangan kedalaman intelektual yang menjadi ciri khasnya?
Jika dibiarkan, krisis kaderisasi akan berdampak sistemik. PMII bisa kehilangan ruh pergerakan, berubah menjadi sekadar organisasi seremonial, bahkan kehilangan daya tawar di tengah dinamika organisasi mahasiswa lain. Lebih jauh, krisis ini juga akan memutus mata rantai lahirnya kader-kader strategis yang kelak berperan di masyarakat.
Namun, situasi ini sekaligus menjadi alarm untuk berbenah. Kaderisasi harus diletakkan kembali sebagai jantung organisasi. Materi-materi dasar seperti Nilai Dasar Pergerakan (NDP), Aswaja, hingga wawasan kebangsaan, perlu dikemas lebih kontekstual agar relevan dengan persoalan hari ini: krisis demokrasi, ketidakadilan sosial, hingga disrupsi teknologi.

Advertisement Space

Selain itu, PMII harus berani masuk ke dunia digital sebagai medan kaderisasi baru. Konten kreatif, podcast, hingga kelas daring bisa menjadi sarana memperluas jangkauan pendidikan kader. Dengan cara ini, kaderisasi tidak lagi eksklusif, tetapi hadir dalam ruang yang dekat dengan keseharian mahasiswa.
Singkatnya, krisis kaderisasi adalah tantangan serius bagi PMII. Namun, jika direspons dengan inovasi dan keseriusan, krisis justru bisa menjadi pintu lahirnya model kaderisasi baru yang lebih segar dan relevan. PMII harus kembali menegaskan dirinya bukan hanya organisasi mahasiswa terbesar, tetapi juga organisasi yang mampu melahirkan kader-kader pemimpin untuk masa depan bangsa.

Show More

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Wett

Matiin Adblock Bro!