“Santri dan Mahasiswa: Dua Arus Ilmu untuk Kemanusiaan yang Berkeadilan”

Oleh: Anggi Sadewo_Ketua Umum IMM Pandeglang
Dalam Momentum Hari Santri Nasional ke-10, bukan hanya peringatan historis, melainkan refleksi ideologis tentang kontribusi santri terhadap kebangsaan dan kemanusiaan. Santri adalah representasi nalar keislaman yang progresif yang mampu memadukan nilai spiritual dengan tanggung jawab sosial.
Dalam pandangan Saya menjadi santri bukan sekadar status keagamaan, tetapi identitas intelektual yang lahir dari tradisi ilmu, moralitas, dan keberpihakan. Di tengah tantangan zaman yang ditandai oleh krisis etika publik, disorientasi politik, dan melemahnya kesadaran sosial, spirit kesantrian perlu diaktualisasikan menjadi kekuatan pembebasan.
Santri hari ini tidak cukup hanya menjadi penghafal teks, tetapi harus menjadi pembaca konteks. Ia harus hadir sebagai subjek perubahan, yang menyatukan akal dan iman, nalar dan nurani, gagasan dan gerakan. Seperti halnya perjuangan santri di masa lalu yang menjadi energi moral bagi kemerdekaan bangsa, santri masa kini harus menjadi energi intelektual bagi transformasi sosial.
Saya melihat momentum Hari Santri sebagai ajakan untuk meneguhkan kembali cita-cita Islam berkemajuan Islam yang mencerahkan, membebaskan, dan memanusiakan. Santri dan mahasiswa, dua entitas yang lahir dari tradisi ilmu dan perjuangan, semestinya bersinergi membangun kesadaran kritis dan etika publik baru di tengah kehidupan bangsa yang kian pragmatis.
Santri adalah intelektual berjiwa pengabdian, dan mahasiswa adalah santri yang turun ke realitas.
Keduanya bersatu untuk kemanusiaan yang berkeadilan.

