DPK KNPI Keroncong Pandeglang: TPA Tak Siap Beban Kian Berat Telaah Kebijakan Penampungan Sampah Bangkonol
Pandeglang – Tb Zidan Nugraha Sekertaris DPK KNPI KORONCONG mengajak kepada seluruh masyarakat yang ada di kabupaten pandeglang, khususnya yang ada di Kecamatan Koroncong untuk bersama sama menelaah TPA yang ada Desa Bangkonol Kecamatan Koroncong, (25/7).
Perlu diketahui Berita yang beredar di media sosial bahwasan pemerintah kabupaten pandeglang resmi menandatangani kontrak kerja sama terkait pengelolaan sampah lintas daerah, pemerintah kabupaten pandeglang mengklaim bahwasannya di tunjuk untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor persampahan, Kami mengapresiasi betul ketika kerja sama itu di lakukan semata-mata untuk meningkat (PAD) Pandeglang, akan tetapi bagaimanakah kesiapan kondisi TPA yang ada di Pandeglang?, Mari menilik lebih dalam realita ini.
Pengelolaan sampah di kabupaten Pandeglang masih menjadi permasalahan yang tak ada habisnya, belum lagi penduduk yang semakin bertambah yang otomatis akan menambah timbulan sampah tiap harinya.
Banyaknya timbulan sampah ini sebagian besar berakhir di TPA bangkonol.
Hadirnya TPA setidaknya dapat mengurangi timbulan-timbulan sampah yang berserakan di jalanan. kabupaten Pandeglang memiliki TPA yang akan menampung limbah padat yang dihasilkan oleh rumah tangga, perkantoran, pasar, dan lain sebagainya.
Pengolahan yang diterapkan dalam pengolahan sampah di TPA bangkonol menggunakan metode open dumping yang masih memiliki banyak kekurangan, namun metode ini terhitung lebih ekonomis dan efisien dalam mengolah sampah secara sederhana.
Selain kemudahan dengan hadirnya TPA, terdapat beberapa keuntungan yang dirasakan oleh masyarakat sekitar, seperti terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat sekitar khususnya bagi mereka dengan ekonomi menengah kebawah.
Masyarakat dapat mengumpulkan pundi-pundi rupiah dengan bekerja di bagian pemilahan sampah ataupun pengangkutan sampah. Selain itu proses pengolahan sampah di TPA yang lama akan menghasilkan lahan luas yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kepentingan bersama seperti taman maupun lahan pertanian.
”Selain kemudahan dan keuntungan yang dirasakan dengan adanya TPA bangkonol, ternyata dibalik itu terlihat jelas ancaman-ancaman yang menghantui kesehatan masyarakat.ternyata dibalik itu terlihat jelas ancaman-ancaman yang menghanhantui warga” Bagaimana tidak, TPA bangkonol menerima sampah setiap harinya sekitar 120 ton Sampah yang masuk ke TPA bangkonol dan hanya kurang lebih 5% saja sampah berhasil di daur ulang,” ujar zidan.
Diketahui bahwa pengolahan sampah di TPA masih belum maksimal. Hanya 5% dari total sampah masuk ke TPA yang dilakukan daur ulang.
Di tambah kerjasama pengiriman sampah dari kota tanggerang selatan (tanggsel) yang target oprasionalnya akhir agustus.
”Hal ini tentu membuat TPA Bangkonol menjadi overload dengan hantaman sampah ber ton-ton tiap harinya padahal ukuran TPA tidak bertambah. Di tambah sistem pengendalian air lindih yang tidak di kelola dengan baik,” Kata zidan.
Kondisi TPA seperti ini tentu membawa ancaman seperti potensi pencemaran lingkungan yang besar, seperti pencemaran tanah akibat air lindih yang diikuti oleh tercemarnya sumber air hingga pencemaran udara yang mengurangi kualitas dan estetika lingkungan sekitar TPA.
”Bahkan tidak hanya itu, tumpukan sampah yang semakin meninggi memungkinkan terjadinya longsor sampah yang mengancam mereka yang beraktifitas di dalam TPA,” Katanya.
Masih dikatakan oleh zidan, Belum lagi beberapa kasus sebelumnya bahkan sudah sering terjadi adalah kebakaran TPA akibat gas metan yang dihasilkan oleh sampah, ditambah cuaca ekstrem yang membakar.
”Pencemaran lingkungan dari TPA tentu akan berdampak langsung dengan terganggunya kesehatan manusia, seperti munculnya penyakit bawaan udara (Airborne disease) seperti asma, ISPA, dan gangguan pernapasan lainnya. Penyebaran penyakit oleh faktor-faktor penyakit yang berasal dari sampah serta penyakit lainnya yang berhubungan dengan sanitasi lingkungan,” Katanya.
Menurut zidan. Permasalahan TPA yang sangat kompleks ini juga disebabkan karena kesulitan-kesulitan yang masih dirasakan dalam manajemen pengelolaan sampah. Keterbatasan kapasitas TPA dengan semakin bertambahnya produksi sampah cukup menjadi tantangan besar bagi seluruh stakeholder terakit persampahan di Pandeglang.
Selain itu, metode pengolahan sampah yang digunakan masih sangat terbatas yaitu kebanyakan TPA menggunakan open dumping yang justru membawa banyak kerugian.
”Kedepannya, apabila terus dibiarkan tumpukan-tumpukan sampah akan menjadi “monster sampah” yang siap menyerang lingkungan dan kesehatan masyarakat,” ucapnya.
Pemerintah, Masyarakat, dan stakeholder lain semestinya menaruh perhatian besar dengan permasalahan TPA di bangkonol kecamatan Koroncong kabupaten Pandeglang.
Regulasi yang tegas dibutuhkan, metode pengolahan sampah yang efektif dan efisien diperlukan, serta kerjasama yang baik untuk pengelolaan sampah.
