Oleh: Khaerul Rafi Ajani
Informatika, Universitas Muhammadiyah Malang
Kecerdasan Buatan atau bisa disebut juga (AI) telah menjadi teknologi dalam dunia
kerja. Di satu sisi, AI telah diterapkan di dunia kerja di berbagai negara maju. seperti Jerman,Jepang, swiss, norwegia, dan hongkong. Namun, di sisi lain tekanan teknologi yangmengiringinya sering kali mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan, terutama ketika dunia kerja lebih fokus pada kecerdasan buatan (AI) dibandingkan dengan kualitas manusia.
Fenomenaini dikenal sebagai “Automation Bias,” sebuas strategi kontoversial yang menjadi pusat debat mengenai kredibilitas di era modern. Automation Bias, dengan segala daya tarik dan bahaya yang melekat, merupakan cerminan dari system teknologi digital yang saat ini bekerja.
Kecerdasan buatan (AI) hampir merambah semua aspek pekerjaan di kehidupan masyarakat,dari cara kita bekerja hingga kita berkomunikasi. Salah satu dampak yang sangat signifikan dari AI adalah transformasi yang sedang terjadi saat ini di dunia kerja, apakah AI menjadisebuah ancaman bagi keberadaan tenaga kerja manusia, atau justru memberi lowongan pekerjaan lebih besar?.
Kemajuan pesat dalam teknologi kecerdasan buatan (AI) telah membawa dampak
signifikan terhadap dunia kerja. AI mampu menggantikan tugas-tugas rutin, meningkankat efisiensi, dan mengurangi biaya oprasional perusahaan. Namun, revolusi ini juga menimbulkan tantangan besar, seperti potensi kehilangan pekerjaan manusia akibat otomatisasi, perubahan keterampilan yang dibutuhkan oleh tenaga kerja, dan peningkatan kesejangan ekonomi antara kelompok yang mampu beradaptasi dengan teknologi dan yang tertinggi.
Revolusi AI dalam dunia kerja merupakan fenomena yang tidak bisa terelakkan.
Meskipun AI menggantikan pekerja tertentu, AI harus dipandang sebagai alat pendukung, bukan ancaman. Manusia tetap memiliki keunggulan dalam kreativitas, empati, dan pengambilan keputusan yang baik yang belum bisa ditiru oleh AI. Oleh karena itu, Solusi terbaik adalah mengintegrasikan teknologi AI dengan kemampuan manusia untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif dan berkelanjutan.
Pemerintah dan perusahaan perlu berinvestasi dalam pelatihan ulang tenaga kerja
melalui reskilling dan upskilling agar mereka dapat menguasai keterampilan yang relevan dengan teknologi AI, seperti analitik data dan manajemen AI. Meskipun AI dapat menghilangkan beberapa pekerjaan, teknologi ini juga menciptakan peluang kerja baru, seperti dalam pengembangan algoritma, teknisi AI, dan spesialis keamanan siber. Kolaborasi antara manusia dan AI dapat digunakan untuk mengotomatiskan tugas-tugas operasional, yang memungkinkan manusia untuk lebih fokus pada inovasi dan strategi bisnis. Oleh karena itu, regulasi yang adil perlu diterapkan untuk memastikan transisi yang mulus, memberikan
perlindungan bagi pekerja yang terdampak otomatisasi, dan menciptakan lingkungan kerja yang inklusif.
Menurut laporan World Economic Forum (2020), diperkirakan bahwa 85 juta pekerja
akan digantikan oleh AI pada tahun 2025, terutama pekerja dengan tugas repetitif, meskipun pada saat yang sama, 97 juta pekerjaan baru yang lebih adaptif terhadap teknologi akan tercipta. Industri yang paling terpengaruh oleh otomatisasi mencakup sektor manufaktur, logistik, dan layanan pelanggan, di mana AI mengambil alih tugas seperti pemrosesan data dan layanan konsumen melalui chatbot. Di sektor kesehatan, adopsi AI telah mempercepat proses diagnosis medis, seperti dalam analisis radiologi, dengan sistem seperti DeepMind dari Google yang mampu mendeteksi penyakit mata dengan akurasi 94%. Selain itu, laporan
McKinsey (2021) menunjukkan bahwa 56% perusahaan di seluruh dunia telah mengadopsi AI dalam berbagai bentuk, mulai dari otomatisasi proses hingga analitik prediktif.
Revolusi AI merupakan salah satu perubahan terbesar yang terjadi dalam kehidupan
manusia. Meskipun menimbulkan sejumlah tantangan, AI juga menawarkan beberapa
peluang yang sangat besar untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. Jadi kita sebagai tenaga kerja manusia dapat meraih manfaat dari AI, kita perlu mempersiapkan diri dengan baik untuk mengembangkan keterampilan yang lebih relevan,
dan bekerja sama untuk menciptakan masa depan kerja yang lebih baik dan efisien.
AI seharusnya dipandang sebagai alat pembantu, bukan sebagai pengganti tenaga
kerja manusia, karena tujuannya adalah untuk mendukung pencapaian tujuan yang lebih besar esar, bukan menjadi tujuan itu sendiri. Keterampilan manusia, seperti kreativitas, empati, dan kemampuan berpikir kritis, akan tetap lebih relevan di masa depan, meskipun teknologi terus berkembang. Oleh karena itu, investasi dalam pendidikan dan pelatihan sangat penting untuk mempersiapkan tenaga kerja manusia menghadapi tantangan teknologi kecerdasan buatan (AI). Selain itu, kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, perusahaan, dan akademisi diperlukan untuk menciptakan kebijakan dan solusi yang efektif. Dengan persiapan yang matang dan pendekatan yang tepat, kita dapat memanfaatkan potensi AI untuk menciptakan
masa depan yang lebih cerah, di mana kreativitas, empati, dan kemampuan berpikir manusia tetap menjadi kekuatan utama.
Kesimpulan dari revolusi AI dalam dunia kerja adalah bahwa meskipun kecerdasan
buatan (AI) membawa dampak signifikan dalam mengubah cara kita bekerja, menggantikan tugas-tugas rutin, dan meningkatkan efisiensi, AI seharusnya dipandang sebagai alat pembantu, bukan pengganti tenaga kerja manusia. Meskipun ada potensi kehilangan pekerjaan, terutama pada tugas-tugas repetitif, AI juga menciptakan peluang pekerjaan baru yang lebih adaptif terhadap teknologi. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan perusahaan untuk berinvestasi dalam pendidikan, pelatihan ulang, dan kolaborasi lintas sektor untuk memastikan tenaga kerja dapat beradaptasi dengan teknologi yang terus berkembang.
Keterampilan manusia, seperti kreativitas, empati, dan pengambilan keputusan, akan tetap relevan di masa depan. Dengan pendekatan yang tepat, AI dapat dimanfaatkan untukmenciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif, berkelanjutan, dan inklusif, serta menghasilkan masa depan kerja yang lebih efisien dan bermanfaat bagi seluruh lapisanmasyarakat.