Himabio UIN SMH Banten gelar Webinar Series ke II
SABBA.ID | Serang – Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMABIO) Fakultas Sains UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Telah Menyelenggarakan Webinar Biologi Festival Series II dengan tajuk “Mengenal Lebih Dekat Provinsi Banten, Upaya Konservasi Ekowisata Mangrove”, dilaksanakan di Gedung B Fakultas Sains UIN SMH Banten. Serang, kamis (9/12)
Kegiatan ini dihadiri oleh Wadek (Wakil Dekan) 1 fakultas sains Eko Wahyu Wibowo sekaligus membuka kegiatan, Webinar dilaksanakan dari jam 07.30 WIB sampai dengan jam 13.00 WIB, dengan diikuti 104 peserta terdiri dari Dosen dan Mahasiswa di setiap Fakultas UIN SMH Banten serta para Pemenang Lomba Biofest, yang bersifat blended Online dan Offline dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Ketua Pelaksana Septiani, menjelaskan tujuan di adakannya Webinar Biofest Series ke II, bahwa tidak lain untuk menumbuhkan pengetahuan kepada mahasiswa Biologi. dan menghadirkan dua pemantik dengan sesuai Bidangnya masing-masing, sekaligus pembagian hadiah.
“di Webinar Biofest Series II ini, kita menghadirkan dua narasumber yaitu Mulyono Sardjono selaku Badan Asosiasi Planet Urgensi serta Nur Andini Putri sebagai ketua KeMangteer kota serang, bahwa Webinar ini tidak lain untuk meningkatkan pengetahuan khususnya mahasiswa biologi tentang Ekowisata Mangrove yang ada di Banten serta Penyelarasan Upaya Konservasi Ekowisata Mangrove, harus dijadikan kesempatan untuk memahami kembali Mangrove lokal Banten, dan mengingat kewajiban kita untuk menjaga serta untuk mempertegas konservasi terhadap Ekowisata Mangrove di Provinsi Banten, sekaligus pembagian hadiah pemenang lomba kegiatan Biofest yang telah selesai”. Septiani ketika memberi sambutan
“Planet urgensi Indonesia adalah sebuah NGO (asosiasi) berbasis dengan kantor di Paris, Perancis dibentuk tahun 2000, dengan bidang kegiatan volunterisme lingkungan dan pembangunan, menjelaskan dalam materinya yang berjudul sebagai upaya konservasi lingkungan pesisir, Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat”. Ujar Mulyono dalam memberi materi pertama
“Indonesia memiliki 3,5 juta ha hutan Mangrove (21%) terbesar di dunia, fungsi Mangrove terdiri atas fisik ekologi, biologi, dan ekonomis, Banten memiliki Seven Wonder of Banten yang memberikan nilai tambah yang tinggi, tetapi belum mendapat perhatian serius, beberapa wisata Mangrove yang ada di Provinsi Banten yaitu wisata Mangrove pancer serang, tanjung pasir dan kabupaten Tangerang, juga merupakan habitat alami berbagai jenis Mangrove, seperti : Sonneratia Sp, Avicennia Sp, Rhizopora Sp yang menjadi atraksi Ekowisata”. Lanjutnya
Selain itu Mulyono Suhardjo melanjutkan bahwa di Banten memiliki pohon Mangrove yang berusia lebih 30 tahun yaitu di Taman Nasional Ujung Kulon, ini tantangan ke depan.
“di Banten miliki Pohon Mangrove yang usianya lebih dari 30 tahun, keterlibatan generasi muda sebagai generasi yang sangat perlu juga bertanggung jawab dalam keterlibatan edukasi tentang lingkungan, serta pemanfaatan berbagai teknologi informasi dan inovasi Untuk pengelolaan Ekowisata secara interaktif”. Tutup Mulyono
“Komunitas yang bergerak di bidang Mangrove terdiri dari 12 regional se Indonesia salah satu diantara-nya Jakarta, Yogyakarta, Serang, Tangerang dan berdiri tanggal 6 April 2014. Mangrove merupakan kumpulan beberapa spesies jenis pohon ataupun semak-semak yang tumbuh di sekitar garis pantai atau bisa hidup di lingkungan bersalinitas tinggi, fungsi hutan Mangrove sebagai paru-paru dunia, sumber ekonomi, habitat flora & fauna, pengendali bencana dan selain itu menjadi tempat penyimpanan air, fungsinya terbagi 3 yaitu fungsi fisik, fungsi ekologi, dan fungsi ekonomi dan jasa”. Terang Andini Putri saat memberi materi ke-2
“Seberapa pentingkah Mangrove di Banten? Menurut data KLHK Banten 2019, tingkat kerusakan hutan Mangrove di provinsi Banten mencapai 60 persen, dengan total wilayah 2.600 hektare dan sedang di upayakan pemulihan, salah satu penyebabnya adalah kurang ekosistem Mangrove. Ekowisata Mangrove di Banten berada di Pulau satu, pulau dua, pulau tiga, pulau empat, pulau lima, pulau tunda, pulau Sangiang, jembatan pelangi Mangrove, pungkasnya. Cara generasi muda membangun kecintaan terhadap lingkungan dan pesisir Mangrove, salah satunya kegiatan penanaman Mangrove, dan Edukasi Mangrove anak sejak dini”. Tutup Andini
Septiani di akhir kegiatan Webinar Biologi festival Series II membagikan hadiah lomba tingkat SMA Se-Banten dengan beberapa cabang lomba diantara-Nya poster digital diraih oleh M. Nurdin SMAN 4 Pandeglang, essay competion diraih oleh Ahmad Haikal SMAN 6 Pandeglang, photography diraih oleh Tia Islamiyah SMK Yanisha Bording School Pontang, serta LCC diraih oleh Hikmal Yumilzam, Indana Lazulva dan Ufuk Fazaroh Man 2 Pandeglang. Terangnya