Stoikisme dan AI: Menemukan Tenang di Tengah Kegelisahan Zaman

Perkembangan AI dan Kegelisahan Zaman
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, terutama kecerdasan buatan (AI), banyak dari kita mulai merasa gelisah. Zaman ini penuh ketidakpastian dan perubahan yang begitu cepat. Untuk itu, pendekatan stoikisme di era AI bisa menjadi cara agar kita tetap tenang dan bijak menghadapi semua ini.
Sebagai pekerja di industri kreatif, saya sering memikirkan masa depan. Kehadiran alat berbasis AI yang semakin canggih—seperti aplikasi yang bisa mengubah foto jadi animasi ala film Ghibli—memunculkan satu pertanyaan besar: Apakah manusia masih punya tempat di dunia yang makin otomatis?
Fenomena AI dalam Dunia Kreatif
Belakangan ini, tren tersebut menjadi viral di media sosial Indonesia. Banyak orang mengunggah foto mereka yang diubah menjadi karakter animasi bergaya Ghibli. Semua dilakukan oleh teknologi AI.
Hal ini menunjukkan betapa cepatnya kecerdasan buatan mengambil alih tugas-tugas kreatif. Misalnya ilustrasi dan seni visual. Tidak heran, banyak pelaku industri mulai khawatir. Apalagi, AI bisa menghasilkan karya serupa dalam waktu singkat dan biaya rendah.

Belajar Tenang Lewat Stoikisme
Namun begitu, di tengah kegelisahan tersebut, saya menemukan pelajaran menenangkan: Stoikisme. Filosofi kuno ini mengajarkan kita untuk membedakan antara hal yang bisa kita kendalikan dan yang tidak.
Kita memang tidak bisa menghentikan laju teknologi. Akan tetapi, bagaimana kita meresponsnya adalah sepenuhnya pilihan kita.
Daripada melawan perubahan, Stoikisme mengajak kita untuk menerima kenyataan dengan tenang dan bijak. Dengan begitu, kita bisa memandang AI sebagai alat bantu. Bukan sebagai ancaman.
Manusia, AI, dan Makna Karya
Mesin mungkin bisa meniru kreativitas. Namun, hanya manusia yang bisa menghadirkan proses, emosi, dan makna mendalam. Inilah hal yang membuat setiap karya punya jiwa.
Selain itu, Stoikisme juga mengingatkan kita untuk tetap fokus pada hal-hal yang penting. Kita tidak perlu terus-menerus khawatir terhadap hal yang di luar kendali. Ini adalah pelajaran penting—terutama bagi kita yang hidup di era digital.
Menjadi Stoik di Era Digital
Pada akhirnya, AI akan terus berkembang. Namun, nilai-nilai kemanusiaan tetap harus memimpin. Kita semua membutuhkan sedikit jiwa stoik. Supaya bisa tetap tenang, sadar, dan terus berkembang di tengah dunia yang berubah cepat.
Ditulis oleh: Puja Budiman
Seorang pekerja kreatif yang sedang belajar berdamai dengan perubahan zaman. Menulis untuk mencari tenang di tengah dunia yang terus bergerak.